Kilas

BMKG: Megathrust Selat Sunda Hanya Menunggu Waktu, Apa Itu Megathrust?

×

BMKG: Megathrust Selat Sunda Hanya Menunggu Waktu, Apa Itu Megathrust?

Sebarkan artikel ini
Gambar Riwayat Gempa Megatrust yang Telah Terjadi di Indonesia. Dok BMKG

LAMPUNGVERSE.COM – Netizen belakangan ini ramai membahas isu mengenai kemungkinan terjadinya Megathrust di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan tentang apa itu Megathrust, bagaimana prosesnya, dan kapan potensi ini bisa terjadi.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyampaikan penjelasannya melalui akun Instagram pribadinya mengenai gempa bumi dan prediksi Megathrust yang sebelumnya telah disampaikan BMKG.

Menurut Daryono, prediksi mengenai Megathrust Selat Sunda didasarkan pada analisis para ilmuwan yang menunjukkan bahwa kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun tidak mengalami gempa besar.

“Terkait rilis gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut yang kami sampaikan sebagai ‘tinggal menunggu waktu,’ itu bukan berarti gempa akan terjadi dalam waktu dekat,” ujarnya.

Daryono juga menambahkan bahwa pernyataan “tinggal menunggu waktu” ini dilihat dari pola gempa di wilayah lain di luar negeri.

“Segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah mengalami gempa besar, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum mengalami hal serupa,” jelasnya.

Daryono menekankan bahwa hingga saat ini belum ada teknologi atau ilmu pengetahuan yang dapat secara akurat memprediksi kapan, di mana, dan dengan kekuatan berapa gempa akan terjadi.

“Kita tidak tahu kapan gempa akan terjadi, meskipun kita mengetahui potensinya. Sekali lagi, informasi mengenai potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini bukanlah prediksi atau peringatan dini. Jangan salah paham, seolah-olah akan terjadi dalam waktu dekat,” tambahnya.

Daryono mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan melanjutkan aktivitas sehari-hari seperti biasa, termasuk melaut, berdagang, dan berwisata di pantai. BMKG selalu siap memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami secara cepat dan akurat.

Apa Itu Gempa Megathrust?

Baca Juga  Hacker Diduga Retas Email DPR RI, Ancam Bocorkan Informasi Sensitif: Ribuan Warganet Berikan Dukungan

Secara sederhana, gempa megathrust adalah gempa bumi yang terjadi di zona megathrust. Kata “Mega” berarti besar, sementara “Thrust” berarti dorongan atau sesar. Zona megathrust berada di perbatasan antara kerak benua dan kerak samudra.

Menurut buku “Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia 2017,” yang disusun oleh para ahli gempa bumi, zona megathrust adalah area di mana Lempeng Indo-Australia bertemu dengan Lempeng Eurasia dan menujam di bawah Pulau Jawa.

Ilustrasi Lempeng Megatrust

Gempa megathrust terjadi di bidang kontak antara lempeng dengan kedalaman kurang dari 45-50 kilometer. Ketika lempeng samudra menujam ke bawah lempeng benua, terjadi akumulasi tegangan yang kemudian dapat terlepas secara tiba-tiba dan memicu gempa. Jika gempa tersebut cukup besar dan terjadi di laut, maka bisa menyebabkan tsunami.

Mana Saja Zona Megathrust di Indonesia

Zona megathrust bukanlah fenomena baru di Indonesia. Zona-zona ini telah ada sejak jutaan tahun lalu, terbentuk bersama rangkaian busur kepulauan Indonesia. Saat ini, ada enam zona subduksi aktif yang menjadi sumber gempa megathrust di Indonesia.

Potensi gempa besar di Indonesia terutama terletak di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Selain itu, terdapat 16 zona megathrust lainnya di Indonesia, termasuk:

– Selat Sunda Banten
– Selatan Jawa Barat
– Selatan Jawa Tengah-Jawa Timur
– Selatan Bali
– Selatan NTB
– Selatan NTT
– Aceh-Andaman
– Nias-Simeulue
– Kepulauan Batu
– Mentawai-Siberut
– Mentawai–Pagai
– Enggano
– Laut Banda Selatan
– Laut Banda Utara
– Utara Sulawesi
– Subduksi Lempeng Laut Filipina

Segmen-segmen zona megathrust di Indonesia kini telah dikenal potensinya. Berdasarkan data BPBD Provinsi Yogyakarta, gempa yang bersumber dari zona megathrust tidak selalu berkekuatan besar.

Baca Juga  Gelombang Protes Melalui Gambar Garuda Biru: Reaksi Masyarakat terhadap Putusan MK dan DPR terkait Revisi UU Pilkada

Justru, lebih banyak gempa kecil yang terjadi di zona ini, meskipun potensi untuk memicu gempa besar tetap ada. (Anto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *