News

Eddy Sutrisno: Dari Kuli Karung ke Kursi Walikota Tutup Usia

×

Eddy Sutrisno: Dari Kuli Karung ke Kursi Walikota Tutup Usia

Sebarkan artikel ini

LAMPUNGVERSE.com – Eddy Sutrisno, mantan Wali Kota Bandarlampung periode 2005-2010, meninggal dunia pada Kamis, 10 Oktober 2024, sekira pukul 01.01 WIB.

Kabar duka ini dengan cepat menyebar di kalangan masyarakat Lampung, terutama warga Bandarlampung yang mengenang jasa-jasanya.

Perjalanan Hidup yang Inspiratif

Jenazah almarhum disemayamkan di kediamannya di Jalan Swadhipa Bumisari Natar, Lampung Selatan.

Sejak pagi, rumah duka dipenuhi oleh berbagai kalangan yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir.

“Kami kehilangan sosok pemimpin yang berdedikasi tinggi untuk Bandarlampung,” ujar seorang pejabat Pemerintah Kota Bandarlampung yang hadir.

Eddy Sutrisno dikenal sebagai Wali Kota Bandarlampung ke-9, memimpin kota ini selama lima tahun bersama wakilnya, Kherlani. Sebelum menjabat sebagai wali kota, ia aktif dalam organisasi Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Lampung.

Namun, perjalanan hidupnya tidak selalu mudah. Eddy pernah merasakan kerasnya kehidupan sebagai kuli karung, sebuah pengalaman yang diabadikan dalam buku biografinya, “Dari Kuli Karung ke Kursi Wali Kota,” karya Yon Bayu Wahyono.

Kontribusi Pasca Kepemimpinan
Setelah masa jabatannya berakhir, Eddy tidak berhenti berkontribusi untuk masyarakat.

Ia kembali ke dunia pendidikan, mengelola Yayasan Swadaya Himpunan Pemuda (Swadhipa) Natar yang didirikannya sejak 1980.

“Pak Eddy bukan hanya seorang pemimpin politik, tapi juga seorang pendidik sejati,” kenang seorang rekan almarhum.

Kepergian Eddy Sutrisno meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan masyarakat Lampung.

Banyak yang mengenangnya sebagai sosok berdedikasi tinggi, baik dalam dunia politik maupun pendidikan.

“Beliau adalah teladan bagi kami semua. Dedikasi dan kontribusinya untuk Bandarlampung dan dunia pendidikan akan selalu dikenang,” tutur seorang tokoh masyarakat yang hadir di pemakaman.

Warisan dan Kenangan
Eddy Sutrisno dimakamkan di makam keluarga di lingkungan Yayasan Swadipa, Bumi Sari Natar, Lampung Selatan.

Baca Juga  Modus Tawarkan Kamar Murah, Penjaga Kos Tipu Mahasiswi UIN - Itera Hingga Ratusan Juta

Sosok yang akrab disapa Mas Tris ini meninggal dunia di usia 70 tahun. Bagi banyak orang, ia dikenal sebagai pemimpin yang ramah dan banyak memberikan kebijakan positif yang terus dijalankan hingga saat ini.

Selama menjabat, Eddy kerap dijuluki “wali kota gila taman” atau “wagiman,” menyaingi mantan Wali Kota Nurdin Muhayat.

Julukan lain yang disematkan padanya adalah “wali kota gila tanah” atau “waginah,” karena kebijakannya membeli tanah warga untuk mendirikan rumah susun sederhana sewa (rusunawa).

Ia juga pernah dicap sebagai “wali kota gila olahraga.” “Tidak apa-apa, wali kotanya gila beneran asalkan untuk kebaikan semua masyarakat,” ujar almarhum saat peluncuran buku di Hotel Nusantara, pada Jumat, 24 Juli 2009.

Kepergian Eddy Sutrisno meninggalkan jejak inspiratif bagi generasi muda, menunjukkan bahwa dengan tekad dan kerja keras, seseorang dapat mencapai puncak karier politik meski berasal dari latar belakang yang sederhana.

Semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan. (Anto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *