LAMPUNGVERSE.com – Debat kandidat perdana untuk Pilkada Bandarlampung sempat panas saat Calon Walikota Nomor Urut 1, Reihana, dan Calon Nomor Urut 2, Eva Dwiana, saling menyerang terkait pelayanan administrasi kependudukan, khususnya e-KTP.
Moderator memulai sesi dengan membacakan penilaian dari Ombudsman mengenai lambatnya pelayanan e-KTP dan kondisi kantor yang kurang nyaman.
Menanggapi hal ini, Reihana berjanji akan melakukan perubahan pada bentuk kantor agar pemohon merasa lebih nyaman.
Ia juga menekankan pentingnya evaluasi untuk mengidentifikasi penyebab keterlambatan pelayanan.
“Mall pelayanan publik tidak terintegrasi dengan kantor Disdukcapil, oleh karena itu perencanaan program harus ada perencanaan yang teliti, agar pelaksanaannya masyarakat mendapat pelayanan,” ungkap Reihana.
Namun, Eva Dwiana segera membantah klaim keterlambatan pelayanan yang disampaikan Reihana.
Ia menegaskan bahwa Pemerintah Kota telah berupaya keras untuk menangani lonjakan permohonan e-KTP, terutama dari warga yang ingin pindah ke Bandarlampung.
“Saya tiap hari keliling ke Disdukcapil. Beberapa bulan lalu memang ada keterlambatan, tetapi setelah kami lapor ke pusat, pelayanan bisa segera lancar,” jelas Eva.
Eva juga menambahkan rencananya untuk meningkatkan pelayanan dengan berkolaborasi dengan pemerintah pusat, termasuk menambah jumlah pencetak e-KTP untuk mempercepat proses.
Reihana tidak tinggal diam dan menekankan bahwa jika ada keterlambatan, solusi harus segera diberikan. Ia berkomitmen untuk memperbaiki sistem dan memberikan sosialisasi mengenai penggunaan sistem elektronik kepada masyarakat.
“Kalau masyarakat tidak mengerti tentang sistem elektronik ini, bagaimana pelayanan mau cepat? Kami akan menempatkan pegawai di lokasi pelayanan untuk memberikan penjelasan,” tegas Reihana.
Diberitakan sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bandarlampung menggelar Debat Publik Pertama untuk Pemilihan Walikota (Pilwakot) Bandarlampung 2024 di Hotel Emersia pada Senin malam (28/10/2024).
Debat ini membahas isu pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, serta memberikan kesempatan bagi calon untuk memaparkan visi dan misi mereka.
Debat dibagi menjadi enam segmen yang dirancang untuk menggali informasi mendalam tentang program kerja masing-masing pasangan calon (Paslon). (Anto)