LAMPUNGVERSE.com – Kitab Nashoihul `Ibad secara harfiah artinya Kumpulan Nasihat bagi Para Hamba. Kitab ini ditulis oleh ulama besar berasal Banten yaitu Syekh Imam Nawawi al-Bantani.
Ia pernah menjadi Imam Masjidil Haram dan karya-karyanya menjadi referensi di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.
Kitab ini merupakan penjelasan (syarah) dari kitab al-Munabbihat ‘al Isti’dad Li Yaumil Ma’ad karya Ibnu Hajar al-Asqalani, seorang ahli hadis abad ke-15 Masehi
Nashoihul ‘Ibad menduduki posisi yang sangat penting dan populer di kalangan umat Islam. Di Indonesia, buku ini merupakan kitab rujukan bagi pelajar dan santri di madrasah maupun pesantren.
Berikut isi Kitab Nashoihul ‘Ibad
Bab I
Iman dan Kepedulian Sosial
Nabi saw. bersabda:
“Ada dua perkara yang tiada sesuatu pun melebihi keunggulannya, yaitu: Iman kepada Allah dan membuat manfaat untuk kaum muslimin.”
Nabi saw. bersabda: .
“Barangsiapa bangun di pagi hari tidak berniat aniaya kepada seseorang, maka diampuni dosanya yang dia perbuat. Dan-barangsiapa bangun di pagi hari dengan niat menolong orang yang dianiaya dan mencukupi kebutuhan orang muslim, maka memperoleh pahala seperti pahala haji mabrur.”
Nabi saw. bersabda lagi:
“Hamba-hamba yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia, perbuatan yang paling utama ialah memasukkan (menghadirkan) rasa senang ke dalam hati orang mukmin berupa membasmi kelaparan, menyingkap kesulitan atau membayar utangnya.
Dan dua hal yang tiada sesuatu pun melebihi jahatnya ialah menyekutukan Allah dan mendatangkan bahaya kepada kaum muslimin.” Membahayakan orang-orang muslim dapat berupa membahayakan badan dan hartanya.
Segala perintah Allah swt. mengacu pada dua perkara, yaitu mengagungkan Allah swt. dan kasih sayang kepada makhluk-Nya, sebagaimana firman Allah:
“Tunaikanlah salat dan bayarlah zakat”
“Hendaklah engkau bersyukur kepadaKu dan berterima kasih kepada kedua orangtuamu.”
Diriwayatkan dari Al-Qarni, beliau berkata: Aku bersua dalam suatu perjalananku dengan seorang pendeta, lalu aku bertanya kepadanya: Wahai, Pendeta! Perkara apakah yang menaikkan derajat seseorang?
Pendeta itu menjawab: Mengembalikan hak-hak orang lain yang dianiaya olehnya dan meringankan punggung dari tanggung jawab, karena amal perbuatan hamba tidak akan naik (ke sisi Tuhan), jika dia masih : mempunyai tanggungan atau dia berbuat zalim.