LAMPUNGVERSE.com — Perekonomian Provinsi Lampung menunjukkan kinerja yang positif pada triwulan III 2024, dengan pertumbuhan mencapai 4,81% (year-on-year/yoy). Angka ini sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,80% (yoy).
Data dari Bank Indonesia Provinsi Lampung menyebutkan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, meskipun investasi dan ekspor mengalami tantangan.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Achmad P Subarkah, menjelaskan bahwa perekonomian Lampung berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp125,58 triliun, sedangkan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK 2010) sebesar Rp72,90 triliun.
Konsumsi rumah tangga tumbuh solid sebesar 4,95% (yoy), meningkat dari 4,69% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Hal ini mencerminkan daya beli masyarakat yang terjaga, didukung oleh kestabilan harga komoditas dan berbagai kebijakan yang menguntungkan.
Sementara itu, konsumsi pemerintah juga meningkat, mencatat pertumbuhan 2,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 2,39% (yoy) pada triwulan sebelumnya, berkat realisasi belanja sosial dan peningkatan belanja hibah untuk persiapan pemilihan kepala daerah.
Namun, pertumbuhan investasi mengalami perlambatan, hanya mencapai 1,30% (yoy), turun dari 3,30% (yoy) pada triwulan II.
Hal ini disebabkan oleh penurunan investasi bangunan yang berkaitan dengan melemahnya sektor konstruksi.
Selain itu, sektor eksternal juga menghadapi tantangan, dengan net ekspor mengalami kontraksi tajam sebesar 42,41% (yoy).
Meskipun ekspor luar negeri non-migas Lampung tumbuh signifikan sebesar 25,52% (yoy), penurunan ini disebabkan oleh anjloknya ekspor antar daerah dan melambatnya impor luar negeri.
Dari sektor lapangan usaha, Industri Pengolahan dan Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) menjadi penopang utama perekonomian.
Sektor industri pengolahan tumbuh 10,54% (yoy), didorong oleh permintaan domestik dan ekspor produk makanan dan minuman. Sektor PBE juga tumbuh 7,87% (yoy), didukung oleh peningkatan penjualan kendaraan bermotor.
Namun, sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengalami kontraksi 1,14% (yoy) akibat berkurangnya produksi tanaman pangan, terutama padi, setelah musim panen berakhir.
Bank Indonesia optimis bahwa tren pertumbuhan perekonomian Lampung akan terus berlanjut dengan dukungan pemerintahan baru. Namun, mereka mengingatkan bahwa ancaman dari sektor eksternal tetap menjadi risiko yang perlu diwaspadai.
Untuk menjaga prospek pertumbuhan, Bank Indonesia merekomendasikan peningkatan produktivitas sektor pertanian, eksplorasi potensi pariwisata, dan penguatan net ekspor melalui diversifikasi produk bernilai tambah.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan perekonomian Lampung dapat menghadapi tantangan global dan terus tumbuh secara berkelanjutan. (Rls)